2024-10-26 12:32:07
Dunia esports bukan hanya tentang persaingan. Di balik setiap pertandingan, terdapat harapan dan impian yang dipertaruhkan. Di ranah ini, faktor inklusi benar-benar dapat diterapkan. Siapa pun, tanpa memandang gender, usia, atau kondisi fisik, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi. Dalam esports, penilaian seseorang didasarkan pada keterampilan, bukan pada hal lainnya.
Salah satu contoh inspiratif adalah kisah trio Idris, Ilham, dan Mega—tiga atlet esports berkebutuhan khusus yang terpilih untuk mewakili tim MLBB di Peparnas, Pekan Paralimpiade Nasional. Event ini diselenggarakan khusus untuk atlet difabel dan setara dengan PON. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka semua memiliki cerita perjuangan yang luar biasa untuk mengejar mimpi mereka.
Kecintaan mereka terhadap game dan esports menjadi pendorong untuk terus berjuang. Ketiganya berbagi cerita dalam sesi wawancara playoffs MPL Indonesia Season 14, didampingi oleh Robertus Aditya, Head of Esports Akademi Garudaku, dan Azwin Nugraha dari Moonton Indonesia.
Idris adalah pemuda asal Riau yang kehilangan tangan kirinya akibat amputasi pada tahun 2017. Sejak kecil, ia menyukai bermain game, tetapi mengaku kesulitan mencari teman bermain karena "kekurangan" tersebut. “Awalnya saya sangat sulit beradaptasi, bahkan sempat merasa sedih karena tidak bisa seperti orang lain. Namun, saya bersyukur sekarang bisa mendapatkan kesempatan dari NPC dan Peparnas,” ungkap Idris.
Ilham, pemuda pemalu dari Sumatra Barat, mengalami kelainan fisik yang memaksanya untuk menggunakan alat bantu saat bergerak. Sejak kecil, ia ditinggalkan oleh orang tua dan dibesarkan oleh neneknya, yang melarangnya bermain game demi fokus belajar. “Saya memang hobi main game, dan meskipun berbeda, saya ingin bisa seperti orang lain,” tutur Ilham.
Mega, atlet wanita asal Pati, Jawa Timur, juga memiliki kondisi serupa dengan Ilham. Sebagai satu-satunya wanita dalam tim Peparnas, Mega bertekad untuk menjadi profesional di dunia gaming meskipun ada stigma yang menghalanginya. “Saya mulai bermain MLBB sejak SMP. Melihat pemain lain yang sukses membuat saya termotivasi untuk berkembang,” jelas Mega. “Esports tidak membatasi kami untuk mencapai impian.”
Bagi ketiganya, esports memberikan harapan dan arti yang mendalam. Mereka semakin dekat dengan impian menjadi pro player MPL. Ilham mengaku terinspirasi oleh Fumi Eko, seorang pemain wanita di MLBB, yang menunjukkan bahwa meskipun memiliki kekurangan, setiap orang pasti memiliki kelebihan. “Kami bangkit dari masa lalu yang sulit,” katanya. Dalam sebuah momen berharga, Ilham berkesempatan untuk berduel satu lawan satu melawan jungler ternama, Liquid Faviann, menggunakan hero Fanny.
Pertarungan itu sengit, meski Ilham sempat kalah, ia bangga bisa tampil di arena tersebut. Bagi Idris, esports adalah jalan untuk membangun kembali kepercayaan diri dan mencapai potensi yang sebelumnya terasa sulit. “Esports berarti segalanya bagi saya. Saya bisa mewujudkan impian berkat hobi yang saya cintai. Jika diberikan kesempatan mewakili tim, itu akan sangat berarti, karena ini adalah hasil perjuangan saya,” tutup Idris.
Membangun Komunitas dan Kesempatan dalam Esports
Perjuangan Idris, Ilham, dan Mega bukan hanya tentang mencapai prestasi individu, tetapi juga tentang membangun komunitas yang inklusif dalam dunia esports. Mereka berharap kisah mereka dapat menginspirasi banyak orang, terutama para penyandang disabilitas, untuk tidak menyerah pada mimpi mereka. Dengan semakin banyaknya dukungan dan pengakuan terhadap atlet esports difabel, peluang untuk berkembang di industri ini semakin terbuka.
Kehadiran mereka di Peparnas dan kompetisi lainnya menjadi simbol bahwa esports dapat menjadi arena yang ramah bagi semua kalangan. Selain itu, mereka berharap akan ada lebih banyak inisiatif dari organisasi dan sponsor untuk menciptakan program pelatihan dan dukungan yang lebih baik bagi para atlet berkebutuhan khusus.
Mega menambahkan, “Kami ingin membuktikan bahwa kami juga bisa bersaing di level tinggi. Jika kami diberikan kesempatan dan dukungan yang tepat, kami bisa mencapai hal-hal yang luar biasa.” Dia dan rekannya berkomitmen untuk terus berlatih dan menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi mereka untuk bersinar di dunia esports.
Idris juga menekankan pentingnya mentalitas positif. “Setiap tantangan yang kami hadapi membuat kami semakin kuat. Kami berusaha untuk tidak hanya fokus pada permainan, tetapi juga membangun mental yang kuat agar bisa menghadapi segala rintangan,” ujarnya.
Dengan semangat juang yang tinggi dan dukungan dari komunitas, mereka percaya bahwa masa depan esports akan lebih inklusif. “Kami ingin menjadi bagian dari perubahan itu, dan menunjukkan kepada dunia bahwa esports adalah untuk semua orang,” kata Ilham dengan penuh keyakinan.
Kisah mereka adalah pengingat bahwa melalui usaha, dedikasi, dan dukungan, tidak ada yang tidak mungkin. Dalam dunia yang terus berkembang, terutama dalam industri game, peluang untuk menciptakan dampak positif akan terus ada. Bagi Idris, Ilham, dan Mega, esports bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga jalan untuk meraih cita-cita dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.
Mereka siap untuk menghadapi tantangan ke depan dan berkontribusi pada perkembangan esports yang lebih inklusif. Dengan semangat ini, mereka berharap dapat membuka pintu bagi banyak orang lain untuk mengikuti jejak mereka, membuktikan bahwa semua orang, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisik, berhak mengejar impian mereka dalam dunia esports.